Mengenal Bahan-Bahan Pemanis Alami Dan Buatan

Faktor kesehatan tubuh sangat dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi setiap hari. Saat ini banyak sekali jenis makan olahan yang beredar dipasaran yang menggunakan bahanpengawet maupun bahan pemanis yang kemungkinan besar bisa berbahaya bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Mengenal Bahan-Bahan Pemanis Alami Dan Buatan

Mengenali bahan-bahan pemanis baik itu pemanis alami maupun pemanis buatan sangatlah penting, karena dengan mengenali berbagai bahan pemanis maupun bahan pengawet kita sebagai konsumen bisa lebih berhati-hati, apakah makan tersebut aman untuk dikonsumsi, terutama bagi tubuh yang sudah terjangkit suatu penyakit haruslah lebih berhati-hati dalam memilih makanan untuk dikonsumsi.

Silahkan baca juga  : Bahan Pewarna Makanan berbahaya

Bahan Pemanis
Semua bahan yang dapat memberikan rasa manis pada olahan pangan disebut bahan pemanis. Bahan pemanis ini dapat dijumpai dalam dua jenis yaitu bahan pemanis alami dan bahan pemanis buatan.

1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Beberapa bahan alami di sekitar kita yang dapat dijadikan pemanis alami adalah sebagai berikut  :
  • Gula Aren/Gula Merah
  • Gula Tebu
  • Madu
  • Kayu Manis
Gula tebu mengandung fluktosa yang merupakan salah satu jenis karbohidrat, sehingga dapat digunakan sebagai pemanis. Jenis pemanis ini paling banyak digunakan diantara pemani-pemanis yang alami lainnya. Selain memberi rasa manis, pemanis ini juga dapat digunakan sebagai pengawet.

Pemanis alami mengandung kalori cukup tinggi, sehingga bagi penderita kencing manis (diabetes melitus) dan orang yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) tidak dianjurkan mengonsumsi pemanis alami ini dalam jumlah banyak. Kalori dalam pemanis alami mampu meningkatkan kadar gula dalam darah.

2. Pemanis Buatan
Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi dan rendah kalori. Pemanis ini awalnya dibuat dan diperuntukkan bagi penderita penyakit DM (diabetes meletus) dan juga penderita Obesitas. Penggunaan ini dimaksudkan untuk mengontrol jumlah kalori dalam makanan dan penurunan berat badan. Dengan pemanis buatan, penderita DM tetap bisa menikmati rasa manis tanpa khawatir kadar gula darahnya naik.

Meskipun tidak memiliki kalori, bukan berarti pemanis buatan dapat dikonsumsi secara berlebihan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan nilai ADI (Acceptable Daily Intake). ADI yaitu jumlah maksimum senyawa kimia yang dapat dikonsumsi setiap hari secara terus menerus tanpa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa bahan pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam produk-produk olahan pangan yaitu, Sakarin, Aspartam, Siklamat, Asesulfam-K, Sukralosa dan pemanis yang termasuk kelompok poliol, yaitu xylitol, maltitol, sorbitol dan laktitol.

a). Sakarin

Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih manis dibanding gula tebu. Pemanis ini paling sering digunakan oleh industri makanan dan minuman karena harganya murah. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori dan konsumsinya dibatasi maksimal 0,5 mg setiap kilogram berat badan per hari. Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan adalah 50-300 mg. Jika pemanis digunakan melebihi batas maksimal yang ditetapkan, bahan pemanis ini dapat memicu timbulnya kanker karena bersifat karsinogen.

b). Aspartam  
Aspartam merupakan pemanis berkalori sedang. Tingkat kemanisan aspartam 200 kali lebih manis dari gula tebu. Kelemahan aspatram adalah dapat berubah menjadi asam amino saat dimasak pada suhu tinggi. Dengan alasan ini, aspartam tidak digunakan pada pembuatan kue. Batasan ADI aspartam adalah 40 mg/kg berat badan konsumen, sedangkan batas aman penggunaan aspartam dalam bahan makanan sebesar 100 mg/kg berat badan.

c). Siklamat  
Siklamat mempunyai tingkat kemanisan 30 kali lebih manis dari gula tebu. Pemanis ini tersedia dalam bentuk kalsium siklamat dan natrium siklamat. Beberapa negara melarang penggunaan pemanis ini karena diduga bersifat karsinogen. Di Indonesia pemakaian siklamat diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88. Kadar maksimum siklamat yang diizinkan dalam makanan berkalori rendah dan untuk penderita DM berkisar 3 mg/kg produk dengan ADI 11 mg/kg berat badan.

d). Asesulfam-K atau Kalium Asesulfam  
Tinkat lemanisan asesulfam-K 200 kali lebih manis daripada gula tebu. Pemanis ini biasa digunakan dalam pembuatan kue dan minuman berkarbonasi karena stabil pada suhu tinggi, bahkan pada kondisi asam dan basah. Pemanis ini sering digunakan bersamaan dengan siklamat untuk mempertegas rasa manis seperti gula. Pemanis jenis ini aman dikonsumsi dengan ADI sebanyak 15 mg/kg berat badan. Batas maksimum penggunaan dalam produk makanan olahan pangan berkisar antar 200-300 mg/kg produk.

e). Sukralosa  
Sukralosa merupakan pemanis buatan dengan tingkat kemanisan 600 kali lebih manis dari gula tebu. Batas ADI sukralosa 10-15 mg/kg berat badan. Pemanis ini aman dikonsumsi oleh wanita hamil dan anak-anak segala usia karena tidak akan membuat kerusakan gigi. Sukralosa juga tidak mempengaruhi metabolisme karbohidrat, sistem kekebalan, maupun reproduksi sehingga bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes tipe I dan II.

f).Sorbitol  
Sorbitol sering kali disebut sebagai gula alk***l. Oleh karena mengandung alk***l maka pemanis ini disebut gula alk***l. Pemanis ini sering digunakan dalam beberapa produk yang memasang label sugar free sebagai pengganti gula, misalnya permen karet, kue-kue kering, coklat, dan obat kumur (mouthwash). Penggunaan pemanis ini dalam suatu produk mudah dikenali dengan membaca label kemanisan produk tersebut tersebut. Jika di dalam label komposisi terdapat kandungan bahan kimia yang berakhiran "-ol" seperti sorbitol, xylitol, maltitol dan laktitol, berarti produk tersebut menggunakan gula alk***l. Batas penggunaan sorbitol 500 mg/kg produk.
Dalam penggunaannya biasanya produsen makanan lebih suka menggunakan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami karena beberapa faktor terutama faktor harga yang relatif murah.

Beberapa perbedaan antara pemanis alami dan pemanis buatan adalah  : 
  • Pemanis Alami  : Terurai pada suhu yang tinggi, Berkalori tinggi, Harga relatif mahal, Berasa manis normal, Aman bagi kesehatan.
  • Pemanis Buatan  :  Cukup stabil pada suhu tinggi, Tidak atau hampir tidak berkalori, Harga sangat terjangkau, Rasa manis ratusan kali lebih manis, Sebagian berpotensi karsinogen.
Demikian beberapa hal mengenai bahan-bahan pemanis alami dan pemanis buatan, semoga bisa menambah wawasan tentang bahan yang terkandung dalam beberapa jenis masakan olahan, semoga bermanfaat.

Ada pertanyaan? Diskusikan dengan penulis atau pengguna lain
Tautan disalin ke papan klip!